Rabu, 12 September 2012

Aku Butuh Supportmu, Kawan!!!


 cthgila.blogspot.com
Masih teringat, saat-saat pelajaran olahraga di SD, SMP, SMA??? Pelajaran yang paling aku sukai dan senangi. Mengapa aku senang pelajaran olahraga? karena aku bisa unjuk kebolehan di sini. Sedikit narsis seh. Bisa jadi lawanku sebenarnya adalah putra-putra. Wajar juga seh dari kecil aja lawannya putra terus, mainnya juga sama putra jadi kekuatannya pun hamper kayak putra. Selain itu, kebetulan ada darah atlet juga dari orang tua hehe meskipun bukan atlet terkenal setidaknya atlet kampung hohoho…
Kalo teringat masa-masa dulu jadi pengen ketawa sendiri.. aneh… lucu… lari keliling stadion, main basket, voli, kasti, sepak bola, lompat jauh, lompat tinggi, lempar lembing, tolak peluru, lempar cakram, sepak takraw, apalagi yaa banyak banget dan semua itu terekam dalam memori meski tak terdokumentasikan dalam sebuah album foto, tak akan muat aku jamin.
Ada sebuah cerita menarik neh dulu kayaknya juga sudah tak muat di status FB namun hanya sekilas saja. Simak, yuukkk!!! Maaf, jika ada kesamaan nama, tempat, karakter ^^
            Ada seorang atlet lari yang tidak diragukan lagi kehebatannya. Sebut saja ‘Kaka’ , dia bisa melakukan lari sprint 100 m dalam waktu 10 detik. Dahsyat bukan??? Tapi itu masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan manusia tercepat di dunia Usain Bolt yang bisa lari 100m dalam waktu 9,58 detik pada Kejuaraan Atletik Dunia 2009.  Tinggal sedikit lagi Kaka bisa memecahkan rekor. Kehebatan Kaka tidak datang secara tiba-tiba namun semua itu adalah hasil latihan keras yang ia lakukan setiap harinya. Tak heran kalau Kaka bisa mendapat 3 medali emas, 4 medali perak, dan 2 medali perunggu dalam 3 tahun terakhir ini. Dan tibalah saatnya sekarang dia mengikuti pertandingan lari dalam kejuaran PON (Pekan Olahraga Nasional). Tak ada rasa takut, minder dalam dirinya. Kaka percaya akan bisa melewati pertandingan ini dengan medali emas yang akan ia raih.
Kejuaraan lari pun dimulai di sebuah stadion terkenal di tempat ini. Hemm pertandingan pun akan segera dimulai. Kaka sudah mulai berada di garis start. Terlihat antusias dari para atlet yang mengikuti kejuaraan ini tak sedikit yang ikut, ada 100 peserta dari berbagai kontingen. Wah luar biasa sekali dan sorak dukungan teman, kerabat pun riuh meramikan suasana stadion dan aba-aba siap pun sudah diucapkan oleh petugas tinggal menunggu bunyi peluit. Mereka akan melakukan lari sejauh 5x putaran lapangan dengan jarak 5 km. Gak terlalu jauh seh. Seperti peserta yang lainnya pun, Kaka sudah bersiap-siap lari dan tibalah saatnya peluit itu berbunyi… priiittttttttt!!!!!!!!!!
             Semua peserta berlari dengan tenaga yang mereka miliki. Namun, tiba-tiba tak disangka setelah 2 putaran, Kaka terjatuh kakinya terkilir. Brughh. Ia merintih kesakitan dan ketika ia hendak berdiri semua peserta yang ada di belakangnya sudah berlari melewatinya. Sampai ketika dia cukup mampu untuk berdiri dia melihat ke belakang tak ada peserta lagi yang tersisa semua sudah berada di depan. Ia sangat frustasi, galau, bingung, dan mulai ragu-ragu bisakah ia menyusul ketertinggalannya. Dalam situasi ini, dia mulai bingung haruskah ia melanjutkan pertandingan ini ataukah berhenti.
            Kaka menatap semua penonton yang mengelilingi arena pertandingan ini, gemuruh sorak penonton sangat dahsyat meramaikan stadion ini. Kepalanya mulai pening bayangan-bayangan ayah, ibu, adek, kakaknya, dan teman-temannya mendukung dia untuk terus maju, bangkit.
Ayo, Ka!! Kamu pasti bisa.”
Kaka hebat, ayoo kaa!!”
Semua dukungan itu akhirnya membuat Kaka mulai bangkit kembali.
Dia bergumam, “Aku pasti bisa, bismillah…”
Akhirnya dia mulai lari dengan tenaga sisa yang ia miliki, perjalanan masih jauh mungkin ia memang sudah mendapat 2 putaran namun beberapa peserta yang lain sudah jauh meninggalkannya. Namun, dengan semangat Kaka yang membara dia mulai menyusu. “Ayo, aku pasti bisa” tersusullah satu per satu lawan yang ada di depannya itu lalu dia mulai berlari terus sampai pada akhirnya putaran ke 5 hampir selesai dia sudah berada di posisi ke 5 dari depan. Banyak peserta yang tertinggal di belakangnya. Dia lari dan terus berlari.. posisi ke 5 dia lewati sekarang dalam posisi 4 dan tinggal 5 m lagi. Kaka terus saja berlari sampai akhirnya dia tersungkur jatuh sebelum mengejar posisi ke 3. Jatuh… brukkk tak sadarkan diri. Semua orang terkejut dan Kaka sudah tak ingat lagi setelah itu.
            Baru ketika dia siuman, ternyata dia sudah berada di dalam ruang kesehatan untuk para atlet. Dia melihat sekelilingnya ada pelatih dan teman-temannya. Di pelupuk matanya, ia mulai mengeluarkan butiran-butiran air mata. Ia sudah teringat beberapa menit tadi dan dia juga tak menghiraukan lagi kalau dia dianggap cengeng.
“Maafkan aku, pak… Maafkan aku,pak”
Pelatih itu membelai rambut Kaka yang masih basah. “Gak papa, Ka Bapak tahu dan seharusnya Bapak juga tidak memaksa kamu untuk jadi pemenang. Maafkan Bapak juga tapi Bapak sangat bangga kepadamu, kamu hebat, Ka. Kaka hebat.”
Semua teman-temannya pun memandang Kaka dengan seyuman dan kebanggaan. Kaka pun jadi merasa senang dan ia sadar bahwa tak selamanya ia harus menjadi nomor wahid.

#Selama ini Kaka memang selalu dalam posisi di atas, jarang ia kalah dalam setiap kali pertandingan. Namun, sapa sangka ia ternyata juga bisa terjatuh. Hanya saja ketika ia jatuh, ia punya 2 pilihan putus asa ataukah bangkit dan terus optimis untuk maju. Lingkungan, teman dekat sangat mempengaruhi hal itu. Bisa saja dia ingin mencoba bangkit tetapi di sekitarnya merasa dia tak akan bisa mampu melakukannya.
(11 September 2012 23:59)

Selasa, 24 April 2012

Abdullah bin Amr bin Ash, Ahli Ibadah yang Bertobat


Kalau ada seorang sahabat yang ahli ibadah, faqih, dan masuk Islam sebelum ayahnya lalu hijrah sebelum penakhlukan Mekah, ia adalah Abdullah bin Amr bin Ash. Abdullah telah ditakdirkan Allah menjadi seorang yang suci dan rajin beribadah. Apabila tentara Islam maju perang untuk menghadapi orang-orang musyrik, maka ia akan berada di barisan terdepan. Namun, ketika perang telah usai, ia akan ditemui di mana lagi, kalau tidak masjid atau mushola rumahnya. Hidupnya tak pernah luput dari beribadah kepada Allah, siang malam tak akan terlewatkan dengan dzikrullah, puasanya tak akan pernah tertinggal termasuk sholat malamnya.
            Kalau kita menilik ke belakang, Abdullah ini merupakan salah satu di antara 3 orang Qurays yang menyusahkan Rasulullah sehingga Rasulullah Saw. berdoa dan memohon Allah untuk mengazabnya. Tiba-tiba saat Rasulullah berdoa turunlah wahyu  Q.S. Ali’ Imron ayat 128,
“Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad) apakah Allah menerima tobat mereka, atau mengazabnya, karena sesungguhnya mereka orang-orang yang zalim.”
Setelah itu di antara 3 orang tersebut, salah satunya diterima tobatnya. Ia adalah Abdullah bin Amr bin Ash dan saat sudah masuk Islam, ia sangat berlebihan dalam beribadah sampai suatu hari Rasulullah memanggilnya, dan menasihatinya agar tidak berlebihan dalam beribadah. Rasulullah SAW bertanya, "Kabarnya engkau selalu puasa di siang hari tak pernah berbuka, dan shalat di malam hari tak pernah tidur? Cukuplah puasa tiga hari setiap bulan!"
Abdullah berkata, "Saya sanggup lebih banyak dari itu."
"Kalau begitu, cukup dua hari dalam seminggu."
"Aku sanggup lebih banyak lagi."
"Jika demikian, baiklah kamu lakukan puasa yang lebih utama, yaitu puasa Nabi Daud, puasa sehari lalu berbuka sehari!"
Rasulullah terus menasihatinya agar tidak berlebih-lebihan dalam beribadah sambil membatasi waktu-waktunya. Kebetulan Abdullah datang bersama bapaknya lalu Rasulullah mengambil tangan Abdullah dan meletakkannya di tangan bapaknya. "Lakukanlah apa yang kuperintahkan, dan taatilah bapakmu!" pesan Rasulullah SAW. Dan sepanjang usianya, sesaat pun Abdullah tidak lupa akan kalimat pendek itu.
Hingga saat perang shiffin dengan terpaksa Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti kemauan ayahnya tapi ia berjanji tidak akan membunuh sesama muslim. Ketika usianya mencapai 72 tahun, saat ia sedang berada di musholanya, beribadah dan bermunajat. Tiba-tiba ada suara memanggil untuk melakukan perjanalan jauh, yaitu perjalanan abadi yang takkan pernah kembali. Abdullah bin Amr wafat dan menyusul mereka yang telah mendahuluinya menghadap Ilahi. Beliau wafat dengan senyum yang tersungging di bibirnya yang menandakan jiwa tenang saat menghadapi sakaratul maut. Subhanallah.

Kamis, 15 Maret 2012

Pahlawan Juga Manusia


Setiap kali yang terbayang ketika mendengar kata ‘pahlawan’, kita akan membayangkan sesosok manusia yang hebat, luar biasa, punya visi dan misi yang besar, dan dia adalah seseorang yang rela mengorbankan harta, jiwa, bahkan raganya untuk suatu tujuan yang mulia. Tak ada kekurangan pada dirinya karena yang terlihat hanya kebaikan-kebaikan dan kelebihan-kelebihannya. Tak salah kalau kita berpendapat seperti itu.
Yuk, kembali ke masa silam,  masih ingat tidak pahlawan-pahlawan jaman dulu yang telah berjuang memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan di Indonesia. Masih ingat?? Wah keterlaluan kalau sampai-sampai kita lupa pahlawan kita. Tokoh yang begitu berjasa dengan pergerakan yang meraka lakukan. Namun, jika kita perhatikan setiap gerakan dan tokohnya selalu memiliki semacam ‘Raport Merah’. Karena memang kata d’massiv dalam cuplikan lagunya ‘jangan menyerah’ bahwa tak ada manusia yang terlahir sempurna..  Yupz, that’s right. Selain itu mungkin ada juga perbedaan dalam titik tekan dan prioritas yang ingin dimainkan oleh pencetus gerakan tersebut.
             Di sini, saya bukan bermaksud menguak secara mentah-mentah keburukan seorang tokoh akan tetapi  kita akan belajar memandang seorang tokoh atau pahlawan dari kacamata atau perspektif yang berbeda. Belajar tidak hanya yang baik-baik saja tetapi yang buruk pun juga perlu kita pelajari agar kita bisa mengambil sikap lebih baik lagi.
O.k langsung aja tentunya kita kenal beberapa tokoh ini yang juga tidak asing di telinga kita misalnya Buya Hamka, rapot merah beliau adalah ‘tangan saya pernah terbakar oleh politik’! Kemudian raport merah S.M.Kartosuwiryo adalah memproklamasikan berdirinya NII pada 7 Agustus 1945. Selain itu rapot merah Soekarno ialah cita-cita maha besar lalu memproklamasikan RI pada Jumat 17 Agustus 194 di bulan Ramadhan, lalu ia menghalau tokoh-tokoh Islam ke balik jerajak besi penjara seperti Moh.Natsir, Buya Hamka, EZ.Muttaqien, lalu menandatangani hukuman mati bagi proklamator NII, Kartosuwirjo. Raport merah Moh.Hatta adalah mencoret 7 kata yang terkenal dengan ‘kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’ dalam Piagam Jakarta pada 18 Agustus 1945, yang menimbulkan luka dan polemik, pertarungan pena berkepanjangan sepanjang Indonesia merdeka.
Apa yang hendak ditekankan adalah bahwa setiap tokoh itu asal memiliki visi dan cita-cita besar, termasuk gerakan yang dibangunnya selalu memiliki semacam kekurangan. Setiap tokoh dan gerakannya pasti memiliki ‘raport merah’.
Tapi bagi kita yang terpenting, mereka telah BERBUAT sesuatu sekadar kemampuanya! Mari kita belajar dengan perspektif yang berbeda.

Senin, 12 Maret 2012

Mahasiswa, Bergerak Tuntaskan Perubahan!!!

Mahasiswa merupakan suatu komunitas yang menjadi garda terdepan dalam sejarah perubahan bangsa. Mereka tak sekadar siswa melainkan sudah mahasiswa yang berarti siswa yang di-maha-kan, siswa yang dihormati dan dihargai di lingkungan masyarakat. Dengan kesempatan dan kelebihan yang mahasiswa miliki, mereka memunyai posisi di atas masyarakat. Namun, bukan berarti mereka memisahkan diri dari masyarakat.
            Harapan-harapan masyarakat demi perubahan bangsa ini terletak di pundak mahasiswa bukan yang lain. Kemandirian, jiwa rela berkorban, dan tidak ada kepentingan-kepentingan praktis selain kepentingan masyarakat. Kehadiran mahasiswa memang sangat diharapkan masyarakat.
            Suatu kesempatan ketika BK FSLDK Peduli Nasional mengadakan KKD (Kuliah Kerja Dakwah) di daerah Boyolali. Benar-benar terasa sekali kehadiran kita sangat diharapkan masyarakat sekitar. Di daerah tersebut yang melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi bisa dihitung dengan jari, tak banyak. Kegembiraan yang tersirat di wajah masyarakat terlebih adek-adek yang sangat berharap kepada kita.
            Selain itu, ketika kita pulang ke rumah dan ada kegiatan masyarakat, pasti kita menjadi sosok pahlawan yang dimintai bantuan untuk jadi MC, mengemas acara ini itu, banyak sekali dan itu dipercayakn kepada kita sebagai seorang mahasiswa, bukan yang lain. Masyarakat menilai mahasiswa memiliki nilai lebih dibanding yang lain.
            Namun, lain halnya ketika suatu hari seorang teman saya mengadu kepada saya tentang teman-teman yang lulus dari perguruan tinggi tetapi tidak memberikan kontribusinya kepada masyarakat. Teman saya itu memang hanya lulusan SMK, tidak melanjutkan ke perguruan tinggi namun hanya bekerja. Beliau mengharapkan kehadiran teman-teman mahasiswa atau yang sudah lulus karena beliau merasa tidak sanggup kalau hanya berjuang sendirian. Lalu kemana mereka selama ini? Apa yang sudah mereka dapatkan di perguruan tinggi yang konon katanya masuk pun tak tanggung-tanggung biayanya melangit apalagi biaya operasinal lainnya dari tahun ke tahun semakin naik.
            Dalam menyelesaikan problematika masyarakat, mahasiswa selalu menjadi harapan masyarakat untuk menyelesaikannya. Namun, kenyataannya sekarang mereka hilang entah kemana. Terkadang saya miris juga melihat masyarakat sekitar saya, memang ada yang kuliah tetapi banyak juga yang bekerja. Saya sangat menyayangkan begitu kita dewasa kita memilih jalan kita masing-masing dan seakan-akan tidak peduli dengan yang lainnya lagi. Saya melihat dan mengetahui kondisi teman-teman saya sungguh sangat miris. Banyak sekali pergaulan-pergaulan mereka yang kurang baik dan bahkan banyak juga yang hamil di luar pernikahan. Na’udzubillahimindzalik.
            Lalu, siapakah yang bertangguhjawab atas semua ini? Kalau orang tua mereka saja membiarkan begiru saja, bahkan acuh tak acuh terhadap pergaulan mereka. Kita yang katanya iron stock, agent of change, apa kontribusi kita?
            Kadang saat orang yang sudah hebat di kampus menjadi leader bahkan menjadi orang-orang penting di kampus saat kembali ke masyarakat mereka enggan untuk berkontribusi di sana. Memang berat, ya memang berat. Bahkan inilah lahan nyata yang harus kita garap setelah di kampus kita mendapatkan banyak ilmu dan suplemen-suplemen.
            Sudah saatnya lagi kita tidak hanya memikirkan diri kita sendiri. Tanggungjawab kita terhadap masyarakat yang semakin jauh dari nilai-nilai agama dan susila harus benar-benar kita pikirkan.
Ayo, kalau bukan kita siapa lagi?

Kini semua telah berubah bahkan perubahan itu sendiri pun turut berubah!