Selasa, 24 April 2012

Abdullah bin Amr bin Ash, Ahli Ibadah yang Bertobat


Kalau ada seorang sahabat yang ahli ibadah, faqih, dan masuk Islam sebelum ayahnya lalu hijrah sebelum penakhlukan Mekah, ia adalah Abdullah bin Amr bin Ash. Abdullah telah ditakdirkan Allah menjadi seorang yang suci dan rajin beribadah. Apabila tentara Islam maju perang untuk menghadapi orang-orang musyrik, maka ia akan berada di barisan terdepan. Namun, ketika perang telah usai, ia akan ditemui di mana lagi, kalau tidak masjid atau mushola rumahnya. Hidupnya tak pernah luput dari beribadah kepada Allah, siang malam tak akan terlewatkan dengan dzikrullah, puasanya tak akan pernah tertinggal termasuk sholat malamnya.
            Kalau kita menilik ke belakang, Abdullah ini merupakan salah satu di antara 3 orang Qurays yang menyusahkan Rasulullah sehingga Rasulullah Saw. berdoa dan memohon Allah untuk mengazabnya. Tiba-tiba saat Rasulullah berdoa turunlah wahyu  Q.S. Ali’ Imron ayat 128,
“Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad) apakah Allah menerima tobat mereka, atau mengazabnya, karena sesungguhnya mereka orang-orang yang zalim.”
Setelah itu di antara 3 orang tersebut, salah satunya diterima tobatnya. Ia adalah Abdullah bin Amr bin Ash dan saat sudah masuk Islam, ia sangat berlebihan dalam beribadah sampai suatu hari Rasulullah memanggilnya, dan menasihatinya agar tidak berlebihan dalam beribadah. Rasulullah SAW bertanya, "Kabarnya engkau selalu puasa di siang hari tak pernah berbuka, dan shalat di malam hari tak pernah tidur? Cukuplah puasa tiga hari setiap bulan!"
Abdullah berkata, "Saya sanggup lebih banyak dari itu."
"Kalau begitu, cukup dua hari dalam seminggu."
"Aku sanggup lebih banyak lagi."
"Jika demikian, baiklah kamu lakukan puasa yang lebih utama, yaitu puasa Nabi Daud, puasa sehari lalu berbuka sehari!"
Rasulullah terus menasihatinya agar tidak berlebih-lebihan dalam beribadah sambil membatasi waktu-waktunya. Kebetulan Abdullah datang bersama bapaknya lalu Rasulullah mengambil tangan Abdullah dan meletakkannya di tangan bapaknya. "Lakukanlah apa yang kuperintahkan, dan taatilah bapakmu!" pesan Rasulullah SAW. Dan sepanjang usianya, sesaat pun Abdullah tidak lupa akan kalimat pendek itu.
Hingga saat perang shiffin dengan terpaksa Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti kemauan ayahnya tapi ia berjanji tidak akan membunuh sesama muslim. Ketika usianya mencapai 72 tahun, saat ia sedang berada di musholanya, beribadah dan bermunajat. Tiba-tiba ada suara memanggil untuk melakukan perjanalan jauh, yaitu perjalanan abadi yang takkan pernah kembali. Abdullah bin Amr wafat dan menyusul mereka yang telah mendahuluinya menghadap Ilahi. Beliau wafat dengan senyum yang tersungging di bibirnya yang menandakan jiwa tenang saat menghadapi sakaratul maut. Subhanallah.